Moderasi: Karakteristik
Islam Ala Nahdlatul Ulama (NU)
Sebagai salah satu
organisasi Islam moderat di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) adalah penarik
gerbong utama sebagai pelopor Islam yang sangat menjunjung perdamaian dan
toleransi.
Berkaitan dengan
moderasi, ia adalah sebuah sikap yang tidak mempunyai kecenderungan “kekiri”
atau “kekanan”. Moderasi meniscayakan sebuah keseimbangan (tawazun)
dalam bersikap yang tidak memihak siapapun. Dalam pandangan Gus Mis (sapaan
akrab Zuhairi Misrawi—seorang intelektual muda NU) moderasi memiliki pijakan
yang sangat mendasar. Pertama, sikap moderat adalah sikap yang paling
adil dalam menerjemahkan teks suci dalam kehidupan sehari-hari disatu sisi dan
memahami realitas kekinian disisi lain. Kedua, moderasi meniscayakan
perdamaian, menolak kekerasan, menjunjung demokrasi, HAM, dan hak-hak
perempuan.
Persepsi Islam moderat di
wacanakan dalam salah satu ayat QS. al-Baqarah [2]: 143 yang mengatakan: “Dan
demikianlah (pula) Kami telah menjadikan kamu suatu umat pertengahan (umat yang
unggul), agar kamu menjadi saksi bagi manusia. Utusan menjadi saksi bagi kamu”.
Cak Nur (Nurcholish Madjid) memberikan definisi terkait dengan terma “ummatan
wasathan” yaitu kelompok masyarakat yang punya karakteristik moderat,
dengan sikap-sikap moderasi, sebagai ciri utamanya dalam menghadapi berbagai
konflik, dan konfrontasi yang disebabkan karena perbedaan.
Dari urgensi Islam
moderat tersebut, dibawah ini adalah beberapa upaya untuk dapat memperkokoh
visi moderasi yang harus dikembangkan oleh generasi muda muslim Nahdlatul Ulama
(NU) maupun generasi-generasi muda Indonesia lainnya.
- Membangun pemikiran Islam yang berbasis kultur Indonesia yang dipadukan dengan modernisasi, yakni dengan mengembangkan sejumlah pemahaman dan sikap yang ramah, santun, dan berbasis tradisi-tradisi Indonesia disatu sisi dan memahami modernitas zaman kekinian disisi lain. Sebagaimana tertuang dalam salah satu kaidah “al-Muhafadhotu ‘ala qadimi al-Shalih wa al-Akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah” (menjaga tradisi-tradisi lama sembari menyesuaikan dengan tradisi-tradisi modern yang lebih baik). Upaya-upaya yang dimaksud adalah mengembangkan sejumlah khazanah-khazanah keislaman yang toleran dan terbuka terhadap perbedaan serta kontekstualisasi dengan zaman kekinian.
- Mengupayakan gerakan keislaman berbasis ekonomi, yakni dengan membangun sebuah tatanan aktivitas perekonomian yang memberikan sejumlah keterampilan serta memberdayakan masyarakat dalam berekonomi. Upaya ini dirasakan begitu penting, dimana sejumlah tindak kekerasan yang dilakukan oleh kelompok Islam radikal adalah karena motif himpitan ekonomi.
- Menciptakan ruang dialog inklusif (terbuka) baik dengan kelompok-kelompok atau aliran-aliran internal dalam Islam maupun dengan berbagai kalangan pemuka agama non-Islam. Tindak kekerasan tidak jarang timbul karena adanya sikap saling mencurigai (su’udzon). Yakni menaruh kecurigaan dan kebencian terhadap orang lain yang berbeda keyakinan. Oleh sebab itu, membuka dialog inklusif adalah solusi efektif dalam meredam kecurigaan, kebencian, dan tindak kekerasan. Meminjam intilah Cak Nur bahwa dengan melalui dialog maka akan membuahkan sebuah penyuburan silang budaya (cultural cross fertilization). Sebuah ruang terbuka yang konstruktif antar satu dengan yang lain.
Wal hasil, tantangan
generasi muda muslim sekarang dan kedepan akan semakin berat karena
kontribusinya diperlukan tidak hanya dalam ranah keagamaan secara lokal maupun
nasional, melainkan juga dalam setiap ranah kehidupan baik sosial, ekonomi,
budaya, politik dan seterusnya yang mengglobal. Hanya melalui paham dan gerakan
Islam moderatlah semua upaya dan cita-cita ini dapat dikembangkan, dan mustahil
melalui Islam radikal. Menebar Islam rahmatan lil’alamin menuju Islam
Indonesia damai dan toleran melalui diskursus dan gerakan pemberdayaan
masyarakat semakin menemukan relevansi dan signifikansinya. Demikian. Wallahu
‘alam bi al-Shawab.
Artikel Terkait:
Islam (Tauhid) dalam Meretas Jalan RadikalismeIslam dan Potret Radikalisme
Gerakan Proaktif Perempuan dalam Meretas Jalan Radikalisme
Islam: Moderasi Yes,Radikalisme No!
0 komentar:
Post a Comment